Menurut Horngren dan Foster (1987, 20) biaya didefinisikan sebagai berikut:
“Costs as recources sacrificed or forgone to achieve a specific objective.” Definisi
biaya menurut ahli yang lain sebagai berikut: “…an exchange price, a forgoing, a
sacrifice made to secure benefit.” (Usry, Carter, dan Hammer 1994, 20). Sementara
itu, menurut Mulyadi (1993,6) biaya didefinisikan sebagai berikut: “Pengorbanan
sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.”
Dari beberapa uraian di atas mengenai definisi biaya, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa definisi biaya setidaknya harus mencakup unsur pokok, yaitu:
1) Biaya merupakan pengorbanan atau pengeluaran sumber ekonomi yang dapat
berupa penurunan aktiva atau timbulnya suatu kewajiban,
2) Diukur dalam satuan uang atau nilai moneter tertentu,
3) Pengorbanan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mendapatkan
manfaat tertentu di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
b. Klasifikasi biaya.
Pengklasifikasian biaya diperlukan untuk menganalisis informasi biaya yang
akan membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Penggolongan biaya
umumnya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai, karena dalam akuntansi
biaya menurut Mulyadi (1993, 14) dikenal konsep: “different costs for different
purposes”. Artinya, untuk tujuan penggunaan informasi biaya yang berbeda,
diperlukan klasifikasi biaya yang berbeda pula. Dengan demikian suatu klasifikasi
biaya tidak dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan.
Klasifikasi biaya sangat penting untuk membuat ikhtisar yang berarti atas data
biaya. Menurut Usry, Carter, dan Hammer (1994, 28-29) mengenai klasifikasi biaya
sebagai berikut:
The most commonly used classification are based on the relationship of cost to
the following:
1. The product (single lot, batch, or unit of a good or service)
2. The volume of production
3. The manufacturing departments, processes, cost centers, or other
subdivitions
4. The accounting period
5. A decision, action, or evaluation
Berdasarkan hubungannya dengan produk, total biaya dalam lingkungan
manufaktur dapat diklasifikasikan menjadi biaya manufaktur (manufacturing cost)
dan biaya komersial (commercial cost). Biaya manufaktur terdiri dari biaya bahan
baku (direct material), biaya tenaga kerja langsung(direct labor), dan biaya overhead
pabrik (factory overhead) yang merupakan unsur-unsur harga produksi. Sedangkan
biaya komersial terdiri dari biaya pemasaran (marketing expense) dan biaya
administratif (administrative expense) atau sering pula disebut general and
administrative expense. (Usry, Carter, dan Hammer 1994, 30).
Beberapa jenis biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam
volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap relatif konstan dalam
jumlah. Kecenderungan biaya untuk berubah terhadap output harus dipertimbangkan
oleh manajemen jika ingin sukses dalam merencanakan dan mengendalikan biaya.
Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi dapat diklasifikasikan menjadi
biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semivariabel. Jumlah biaya variabel berubah
secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan atau
dapat dikatakan bahwa biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif
konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya tetap bersifat
konstan secara total dalam rentang yang relevan. Sedangkan jenis-jenis biaya yang
memiliki elemen biaya tetap dan variabel diklasifikasikan ke dalam biaya
semivariabel. (Usry, Carter, dan Hammer 1994, 31-32).
Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain dapat
diklasifikasikan menjadi biaya departemen produksi (producing departemen) dan
biaya departemen jasa (service departemen). Biaya-biaya yang dikeluarkan
departemen produksi akan dibebankan kepada produk tersebut, sedangkan
departemen jasa akan memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi departemendepartemen
lain. Selain klasifikasi di atas, biaya dalam hubungannya dengan
departemen produksi atau segmen lain dapat diklasifikasikan menjadi biaya bersama
(common cost) dan biaya gabungan (joint cost). Biaya bersama biasanya ada di
organisasi dengan banyak departemen atau segmen. Sedangkan biaya gabungan
terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan beberapa produk lain tanpa
dapat dihindari. (Usry, Carter, dan Hammer 1994, 33-34).
Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi dapat diklasifikasikan
sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) atau sebagai pengeluaran
pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran modal ditunjukkan untuk memberikan
manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan
memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.
Membedakan pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan adalah penting untuk
menandingkan biaya dan pendapatan dan mengukur laba periodik. (Usry, Carter, dan
Hammer 1994, 34).
Ketika suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau alternatifalternatif
yang mungkin dilakukan, adalah penting untuk mengidentifikasikan biaya
yang relevan terhadap pilihan tersebut. Petimbangan atas item-item yang tidak relevan
merupakan pemborosan waktu dan dapat mengalihkan perhatian dari item-item
relevan yang lebih penting. Biaya dalam hubungannya dengan keputusan, tindakan,
atau evaluasi dapat diklasifikasikan sebagai biaya diferensial (differential cost), biaya
tunai (out-of-pocket cost), biaya tertanam (sunk cost), dan biaya yang tidak dapat
dihindari (unavoidable cost). (Usry, Carter, dan Hammer 1994, 34-35).
c. Alokasi biaya.
Alokasi biaya sering dikaitkan dengan biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan
mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Dalam suatu proses produksi yang
menghasilkan beberapa barang yang berbeda jenisnya terkadang terdapat biaya yang
tidak bisa diidentifikasi ke masing-masing produk. Biaya semacam ini disebut sebagai
biaya bersama (joint cost). Alokasi biaya bersama sangat diperlukan bagi manajemen
dalam pengambilan kebijakannya. Adapun tujuan dari alokasi biaya adalah:
1) Untuk mencapai mutu yang sesuai dengan harga
2) Untuk menghitung keuntungan dari masing-masing lini produk
3) Untuk memprediksi pengaruh dari perencanaan pengawasan
4) Untuk menilai persediaan
5) Untuk memotivasi manajer
Setelah memahami konsep dan tujuan alokasi biaya, maka hal yang tidak kalah
pentingnya adalah pemilihan metode alokasi biaya yang tepat. Menurut Usry, Carter,
dan Hammer (1994, 190-195), ada empat metode alokasi biaya bersama, yaitu:
1) Metode harga pasar
2) Metode biaya rata-rata per unit
3) Metode rata-rata tertimbang
4) Metode unit kuantitatif
“Costs as recources sacrificed or forgone to achieve a specific objective.” Definisi
biaya menurut ahli yang lain sebagai berikut: “…an exchange price, a forgoing, a
sacrifice made to secure benefit.” (Usry, Carter, dan Hammer 1994, 20). Sementara
itu, menurut Mulyadi (1993,6) biaya didefinisikan sebagai berikut: “Pengorbanan
sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.”
Dari beberapa uraian di atas mengenai definisi biaya, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa definisi biaya setidaknya harus mencakup unsur pokok, yaitu:
1) Biaya merupakan pengorbanan atau pengeluaran sumber ekonomi yang dapat
berupa penurunan aktiva atau timbulnya suatu kewajiban,
2) Diukur dalam satuan uang atau nilai moneter tertentu,
3) Pengorbanan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mendapatkan
manfaat tertentu di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
b. Klasifikasi biaya.
Pengklasifikasian biaya diperlukan untuk menganalisis informasi biaya yang
akan membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Penggolongan biaya
umumnya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai, karena dalam akuntansi
biaya menurut Mulyadi (1993, 14) dikenal konsep: “different costs for different
purposes”. Artinya, untuk tujuan penggunaan informasi biaya yang berbeda,
diperlukan klasifikasi biaya yang berbeda pula. Dengan demikian suatu klasifikasi
biaya tidak dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan.
Klasifikasi biaya sangat penting untuk membuat ikhtisar yang berarti atas data
biaya. Menurut Usry, Carter, dan Hammer (1994, 28-29) mengenai klasifikasi biaya
sebagai berikut:
The most commonly used classification are based on the relationship of cost to
the following:
1. The product (single lot, batch, or unit of a good or service)
2. The volume of production
3. The manufacturing departments, processes, cost centers, or other
subdivitions
4. The accounting period
5. A decision, action, or evaluation
Berdasarkan hubungannya dengan produk, total biaya dalam lingkungan
manufaktur dapat diklasifikasikan menjadi biaya manufaktur (manufacturing cost)
dan biaya komersial (commercial cost). Biaya manufaktur terdiri dari biaya bahan
baku (direct material), biaya tenaga kerja langsung(direct labor), dan biaya overhead
pabrik (factory overhead) yang merupakan unsur-unsur harga produksi. Sedangkan
biaya komersial terdiri dari biaya pemasaran (marketing expense) dan biaya
administratif (administrative expense) atau sering pula disebut general and
administrative expense. (Usry, Carter, dan Hammer 1994, 30).
Beberapa jenis biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam
volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap relatif konstan dalam
jumlah. Kecenderungan biaya untuk berubah terhadap output harus dipertimbangkan
oleh manajemen jika ingin sukses dalam merencanakan dan mengendalikan biaya.
Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi dapat diklasifikasikan menjadi
biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semivariabel. Jumlah biaya variabel berubah
secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan atau
dapat dikatakan bahwa biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif
konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya tetap bersifat
konstan secara total dalam rentang yang relevan. Sedangkan jenis-jenis biaya yang
memiliki elemen biaya tetap dan variabel diklasifikasikan ke dalam biaya
semivariabel. (Usry, Carter, dan Hammer 1994, 31-32).
Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain dapat
diklasifikasikan menjadi biaya departemen produksi (producing departemen) dan
biaya departemen jasa (service departemen). Biaya-biaya yang dikeluarkan
departemen produksi akan dibebankan kepada produk tersebut, sedangkan
departemen jasa akan memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi departemendepartemen
lain. Selain klasifikasi di atas, biaya dalam hubungannya dengan
departemen produksi atau segmen lain dapat diklasifikasikan menjadi biaya bersama
(common cost) dan biaya gabungan (joint cost). Biaya bersama biasanya ada di
organisasi dengan banyak departemen atau segmen. Sedangkan biaya gabungan
terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan beberapa produk lain tanpa
dapat dihindari. (Usry, Carter, dan Hammer 1994, 33-34).
Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi dapat diklasifikasikan
sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) atau sebagai pengeluaran
pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran modal ditunjukkan untuk memberikan
manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan
memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.
Membedakan pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan adalah penting untuk
menandingkan biaya dan pendapatan dan mengukur laba periodik. (Usry, Carter, dan
Hammer 1994, 34).
Ketika suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau alternatifalternatif
yang mungkin dilakukan, adalah penting untuk mengidentifikasikan biaya
yang relevan terhadap pilihan tersebut. Petimbangan atas item-item yang tidak relevan
merupakan pemborosan waktu dan dapat mengalihkan perhatian dari item-item
relevan yang lebih penting. Biaya dalam hubungannya dengan keputusan, tindakan,
atau evaluasi dapat diklasifikasikan sebagai biaya diferensial (differential cost), biaya
tunai (out-of-pocket cost), biaya tertanam (sunk cost), dan biaya yang tidak dapat
dihindari (unavoidable cost). (Usry, Carter, dan Hammer 1994, 34-35).
c. Alokasi biaya.
Alokasi biaya sering dikaitkan dengan biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan
mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Dalam suatu proses produksi yang
menghasilkan beberapa barang yang berbeda jenisnya terkadang terdapat biaya yang
tidak bisa diidentifikasi ke masing-masing produk. Biaya semacam ini disebut sebagai
biaya bersama (joint cost). Alokasi biaya bersama sangat diperlukan bagi manajemen
dalam pengambilan kebijakannya. Adapun tujuan dari alokasi biaya adalah:
1) Untuk mencapai mutu yang sesuai dengan harga
2) Untuk menghitung keuntungan dari masing-masing lini produk
3) Untuk memprediksi pengaruh dari perencanaan pengawasan
4) Untuk menilai persediaan
5) Untuk memotivasi manajer
Setelah memahami konsep dan tujuan alokasi biaya, maka hal yang tidak kalah
pentingnya adalah pemilihan metode alokasi biaya yang tepat. Menurut Usry, Carter,
dan Hammer (1994, 190-195), ada empat metode alokasi biaya bersama, yaitu:
1) Metode harga pasar
2) Metode biaya rata-rata per unit
3) Metode rata-rata tertimbang
4) Metode unit kuantitatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1. "Blog ini Do Follow, silakan post untuk mendapatkan Backlink"
2. "Anda Follow, pasti saya Followback"
3. "Kalau mau Copy-Paste artikel boleh saja, tapi sumbernya ke blog ini"
4. "Terima Kasih Lagi . . . !!!"
Komentar Anda Sangat Kami Harapkan Untuk Kemajuan Blog Ini. isikan komentar anda disini !