Senin, 04 April 2011

Landasan Teori Pengertian Puisi secara Etimologi Hakikat Puisi

Secara etimologi, kata “puisi” berasal dari bahasa Yunani, yang juga dalam bahasa Latin “poietes” (Situmorang, 1983: 10). Awalnya kata tersebut berarti pembangun, pembentuk, dan pembuat. Kata tersebut diturunkan dari kata poieo atau poio atau poeo yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Arti yang luas tersebut lama kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kata-kata kiasan.

Ahmad Badrun (1989: 1) menyatakan bahwa puisi merupakan karya sastra yang bersifat puitis. Dijelaskan oleh Rachmat Djoko Pradopo (1987, dalam Ahmad Badrun, 1989: 1) bahwa sesuatu dikatakan puitis jika membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum menimbulkan keharuan. Kata puitis mengandung arti keindahan. Keindahan dan kebenaran merupakan bagian dari aspek pengalaman. Penyair selalu terlibat dalam segala aspek pengalaman secara keseluruhan, misalnya keindahan, keburukan, kesenangan, kematian, penderitaan yang tertuang dengan baik dalam kehidupan nyata ataupun imajinatif.

Puisi sebagai karya sastra menampilkan aspek keseluruhan kehidupan sehingga menimbulkan rangsangan estetis bagi pembaca. Coleridge (1960, dalam Zulfahnur, dkk. 1997: 3) memberikan pendapat bahwa puisi merupakan karangan yang terindah dari yang terindah. Puisi hadir membawa keindahan dalam kehidupan dan kesenangan manusia. Keindahan yang dimaksud melingkupi segala aspek pengalaman kehidupan, misalnya kesedihan, kesenangan, kematian, dan penderitaan juga kebahagiaan yang diwujudkan dalam kata-kata yang indah. Puisi dapat pula dipandang sebagai perwujudan pengalaman pengarang yang dituangkan ke dalam bait-bait melalui media bahasa, sehingga dapat mewakili apa yang dirasakannya dan apa yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Bahasa yang digunakan dalam puisi merupakan bahasa multidimensional, yang mampu menembus pikiran, perasaan, dan imajinasi manusia (Zulfahnur, dkk. 1997: 9). Pengertian dari multidimensional yaitu bahasa yang menggunakan lebih dari satu dimensi, yang mencakup: dimensi intelektual, dimensi rasa, dimensi emosional, dan dimensi imajinatif. Oleh karena itu, pencipta memilih kata-kata setepat-tepatnya, disusun dengan sebaik-baiknya, seimbang, senada, seirama, antar unsur saling menyatu, mengikat sehingga menjadi suatu karangan yang utuh sehingga dapat dinikmati oleh pembaca ataupun pendengar.

Spenser (1960, dalam Herman J. Waluyo, 1987: 23) mengungkapkan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Dunton (1971, dalam Situmorang, 1983: 10) yang menjelaskan bahwa puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional dan berirama. Bahasa emosional merupakan bahasa yang mampu membangkitkan gejolak jiwa pembacanya. Penyair menggunakan bahasa yang padat dalam mengungkapkan penghayatannya, penggunaan bahasa tersebut bukan sebagai alat saja melainkan juga sebagai tujuan. Pemakaian kata-kata bagi penyair tidak hanya mengandung arti tetapi juga mengandung nilai. Pemahaman kata-kata yang terdapat dalam puisi tidak cukup hanya mengetahui artinya secara harfiah melainkan harus mengetahui secara keseluruhan dengan suasana yang mendukung.

Karya sastra pada dasarnya adalah rekaan pengarang semata, yaitu sesuatu yang bukan dunia nyata (fakta). Kenyataan yang ada dalam kehidupan diangkat pengarang ke alam fiksi melalui daya imajinasi yang tinggi sehingga tetap dapat dihayati oleh pembaca maupun pendengar. Kennedy (1971: 1) mengungkapkan bahwa: “Poetry may state facts but, more important, it makes imaginative statements that we may value even if its facts are incorrect atau “puisi bisa mengungkapkan suatu kenyataan tetapi yang lebih penting bahwa kita juga harus menghargai hasil karya imajinatif sekalipun dalam kenyataannya adalah tidak benar”. Senada dengan pendapat dari Clive Sansom (1960, dalam Herman J. Waluyo, 1987: 23) yang mengatakan bahwa puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional. Hal tersebut berarti bahwa melalui imajinasi kita dapat hidup lebih sempurna, lebih dalam, lebih kaya, dan penuh kehati-hatian. Penyair membutuhkan kekuatan pikiran dan perasaan untuk bisa menciptakan puisi yang bisa membangkitkan emosi pembaca.

Herman J. Waluyo (1987: 25) memberikan batasan mengenai pengertian puisi yaitu bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Hal itu sejalan dengan pendapat Boulton (1979: 9) yang menyatakan bahwa:“The poem is a combination of physical and mental form and we ought to remember all the time that when we separate these in order to define or discuss them we are no longer discussing the poem” atau “puisi merupakan gabungan dari bentuk fisik dan mental dan sejak semula kita hendaknya mengingat bahwa pemisahan ini dilakukan agar kita tidak berdebat tentang puisi lebih lama lagi”. Lebih lanjut Boulton menjelaskan bahwa unsur lahir merupakan penampilan di atas kertas dalam bentuk larik-larik, nada puisi, seperti: irama, persajakan, intonasi, repetisi, dan perangkat kebahasaan lainnya. Struktur batin puisi terdiri dari kaidah sastra yang meliputi: tema, urutan logis antar kata, antar larik, antar bait, pola asosiasi, pola citra dan emosi. Bentuk fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh menyaturaga tidak dapat diceraiberaikan dan merupakan kesatuan yang padu. Jalinan makna dalam membentuk kesatuan dan keutuhan puisi menyebabkan puisi lebih bermakna dan lebih lengkap.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun dalam media bahasa multidimensional yang bersifat puitis. Puisi juga merupakan gabungan struktur batin dan struktur fisik yang keduanya tidak dapat diceraiberaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1. "Blog ini Do Follow, silakan post untuk mendapatkan Backlink"
2. "Anda Follow, pasti saya Followback"
3. "Kalau mau Copy-Paste artikel boleh saja, tapi sumbernya ke blog ini"
4. "Terima Kasih Lagi . . . !!!"

Komentar Anda Sangat Kami Harapkan Untuk Kemajuan Blog Ini. isikan komentar anda disini !